Dibalikskripsi

AKU DAN KAMU TAK SENDIRI

1:33 PM

Mungkin mulai besok, hingga 2 bulan kedepan, aku tidak akan membuka sosial media.
Mulai besok, teman seangkatanku akan mulai sibuk mempersiapkan diri untuk mendaftarkan skripsinya agar dapat dipertanggungjawabkan dalam sidang. Ya... Mereka sudah siap untuk sidang.

Jangan ditanya apakah aku sedih atau tidak.
Jangan ditanya apakah aku menyesal atau tidak.
Jangan ditanya apakah aku kecewa pada diri sendiri atau tidak.

Aku sedih, menyesal dan kecewa. Aku menangis... sekarangpun aku sedang menulis sembari menangis. Entahlah... mungkin kekecewaan ini terlalu besar...
Bodohnya lagi, aku menangis saat sedang flu haha Bayangkan betapa banyaknya air yang ada di hidungku.

Baiklah... Aku akui aku butuh teman untuk mencurahkan segalanya. Aku membuka media sosialku, mulai mencari nama akun sahabat SMA ku, lalu menuliskan "Nis... Mayang masih sedih ga bisa lulus tahun ini..." 

(Ah... baiklah. Aku butuh mengambil sekotak tissue untuk hidung dan air mataku, karena aku tidak bisa melihat dengan jelas dan bernafas dengan leluasa. Sejujurnya membuka DM dari dia saja sudah dapat membuatku menangis. Jadi... aku menulis blog ini sembari menangis haha Entah berapa tissue yang akan aku pakai, semoga tidak menghabiskan 1 pohon ya...)

Lalu dia menjawab dengan pesan yang lumayan panjang. isinya kira-kira speerti ini, 

"Ya ampun..."
"Mayang boleh sedih tapi jangan patah semangat"
"Boleh kecewa tapi jangan terpuruk"
"Hidup kita berjalan sesuai dengan kehendak Allah. Kita manusia hanya ditugaskan untuk ikhtiar, berusaha yang terbaik"
"Allah pingin mayang nunggu dan sabar sampai dapat gelar S.Psi"

Lalu aku pun membalas pesan itu, aku mengatakan penyesalanku karena terlalu cepat untuk pasrah, menyerah dan putus asa. Aku juga mengatakan, andai saja saat itu aku berusaha lebih lagi, mungkin aku dapat lulus tahun ini.

(Sepertinya aku harus mencuci mukaku sebentar dan memakai masker wajah, mungkin dapat menghilangkan ke"mellow"an saat ini, karena aku sudah menghabiskan 4 tissue untuk menulis beberapa paragraf di atas)

Dia membalas pesan itu dengan pesan yang tidak kalah panjangnya dibandingkan dengan sebelumnya. Namun, kali ini aku tak langsung membukanya, aku menunggu diriku siap dan tidak menangis. Tapi nyatanya kalimat yang dia tulis, dapat langsung membuatku menangis. Dia berkata,

"Keburu kesel yah? Wajar kok mayang"
"Tapi ga ada gunanya menyalahkan masa lalu. Semuanya kan sudah terjadi"
"Kalau mayang terus-terusan nyesel, mayang malah lupa untuk step kedepannya"
"Inget say, ga ada yang namanya 'kalau aja''coba kalau' karena semuanyaaaaa semuamuamuanyaaa terjadi atas kehendak Allah. Mayangnya harus ikhlas dan mencoba memperbaiki"

Lalu, dia menceritakan mengenai dirinya, dirinya yang sebelumnya mempunyai mimpi besar (sama sepertiku). Perasaan kecewanya yang tidak dapat menggapai mimpi itu, namun tidak ada alasan lagi untuk kecewa, karena

"..... itu namanya takdir. Kita ga tau apa yang akan terjadi di masa depan"
 
Ada banyak halangan untuk menggapai mimpi, baik mimpi dia atau mimpi yang telah aku idamkan. Namun, tidak ada yang dapat mengelak dari halangan yang diberikan oleh Allah bukan?

"Kuncinya sabar dan ikhlas dan terus ikhtiar" Tak lupa pula ia sisipkan banyak tanda hati di akhir tulisannya

Aku menangis. Tulisan pesan itupun tak dapat dengan jelas ku lihat. Beberapa kali aku kedipkan mata untuk menyingkirkan air mata yang menggenang, namun ternyata ia terus berada di kedua mataku, hingga akhirnya aku mencoba menghapusnya meggunakan tangan.

Aku hanya membalas singkat, karena aku tak bisa berkata apapun. Balasan bermakna yang aku kirimkan hanya satu kalimat, "Aku mungkin belum bisa ikhlas dan sabar. Susah ternyata dua hal itu".
Tak butuh waktu lama untuk dia membalas pesanku, beberapa menit kemudia dia membalas dengan tulisan yang semakin panjang,

"Emang may, ujiannya sabar dan ikhlas itu bikin ga kuat"
"Mayang harus tetep bersyujur yah, masih dikasih kesempatan untuk selesaiin skripsi. Masih ada orang tua yang selalu ada dan dukung mayang. Ga semuanya bisa kaya mayang. Jadi mayang harus tetep semangat"

Satu kalimat selanjutnya adalah puncak dimana aku menangis lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Kalimat yang mampu membuatku sadar, Allah knows the best things for me,

"Allah did this to you just to make you stronger and better. He knows you more than you know. He knows you'll try your best to get what you want. So, He gave you this kind of exam to make you take a rest, take a lil breath, and be more patient. You can dreaming, you can have your goals, you can have something you want. But Allah knows what is best for His creature"

Tak lupa, ia kirimkan kalimat penyemangat lainnya,

"Much much much support and love for my dearest best friend-sister of mine"


Dari seluruh kalimat yang ia kirimkan kepadaku, membuatku sadar mengenai banyak hal. Salah satunya, aku masih punya seseorang yang menyediakan waktunya untuk selalu ada untukku. Entah untuk mendengarkan keluh kesahku, kecemasanku, kekecewaanku, bahkan cerita pilu hidupku. Entah pula untuk memberikan kalimat penenang untukku atau bahkan menjadi pengingat bagiku.

Untuk setiap orang yang mungkin tidak sengaja membaca tulisan ini. Ada yang ingin aku sampaikan,

"Kamu telah melakukan yang terbaik. Kamu adalah yang terbaik. Kamu berhak untuk sedih, kecewa, menyesal atau bahkan marah. Namun, kamu juga berhak bahagia. Jika kamu butuh, aku bersedia mendengar seluruh keluhmu. Semangat kawan! Kau tak sendiri..."

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images