Curhat

DIA BERCERITA LAGI

9:11 AM


Kau telah mendengar ceritanya? Cerita tentang kekecewaannya? Maka sekarang aku ingin menceritakan diamnya.

Dia merepresentasikan perasaan kecewa, kesal dan bahkan marahnya dengan diam. Ya, diam dengan perasaan yang campur aduk, diam dengan berjuta kata yang ingin diucapkan, diam yang ingin dilampiaskan dengan tangisan, namun dia masih diam tanpa melakukan apa-apa.

Dia berubah...
Sangat berubah...
Dia menjadi orang paling tak acuh, menjadi orang yang tidak mengkhawatirkan apapun dan menjadi orang yang tidak ingin mengeluarkan pertanyaan sedikitpun.

Dia tau diamnya salah,
Dia tau diamnya tidak menyelesaikan masalah,
Dia tau diamnya hanya akan menjadikan abu suatu keadaan,
Dia pun tau diamnya hanya membuat orang lain lelah.

Tapi, menurutnya diam untuk sementara adalah yang terbaik. Menjauh dari sumber diamnya, menjauh dari hal yang dapat membuatnya semakin diam, menjauh dari perasaan yang mengingatkannya akan alasan mengapa ia diam.

Ketidakpeduliannya adalah rasa kekecewaan terdalamnya, jauh lebih dalam, karena ternyata kekecewaannya mengingatkan dia mengenai hal yang paling dia benci dulu.

Kau ingin tau? Dia benci menunggu, menurutnya menunggu adalah kegiatan yang paling membuatmu menjadi orang paling bodoh. Dia menunggu dengan suatu harapan, perasaan khawatir dan begitu banyak pertanyaan, namun dia menunggu tanpa tau, apa yang sebenarnya dilakukan oleh sesuatu yang dia tunggu. Lucu bukan? Itu alasan mengapa dia benci menunggu.

Dia kira, hal semacam itu tidak akan dirasakan kembali, namun sayang, sangat disayangkan bahwa ternyata semuanya kembali dia rasakan. Pada akhirnya, dia kembali merasakan kekecewaan, dia kembali merasakan kemarahan dan dia kembali menjadi orang yang selalu diam.

Sampai diamnya benar-benar membuat orang bertanya, apa yang membuatnya diam? Seberapa besar kekecewaannya? Semarah apa dia sekarang?

Maka dia akan menjawab pertanyaan mengenai diamnya dengan satu kalimat,

"Jangan tanyakan mengapa aku diam, tapi tanyakan apa yang telah kamu lakukan sampai pada akhirnya aku diam"

Curhat

CERITA TENTANG DIA

6:57 PM


Dia bukan perempuan yang senang diam. Dia lebih suka bercerita panjang lebar, dia lebih suka bertingkah konyol dan dia lebih suka tertawa.
Dia bukan perempuan yang tak acuh. Dia lebih sering khawatir, dia lebih sering bertanya dan dia lebih sering mengingatkan.

Dia suka dan sering melakukan semua itu, hanya saja sampai di satu titik waktu, dia memilih untuk berlaku sebaliknya.

Sampai di titik waktu itu, dia lebih memilih diam dan tak acuh. Bukan, bukan tanpa sebab, dia punya alasan.

Alasan dia kesal adalah kecewa dan alasan dia marah adalah kesal. Kecewa lalu kesal dan akhirnya marah. Tapi, saat di titik waktu itu, dia bingung dengan apa yang dia rasakan, apakah kesal? atau bahkan marah? yang dia dapat pastikan adalah dia kecewa.

Ya, diamnya adalah representasi dari kekecewaannya. Terlalu susah untuk diam, tapi lebih berat untuk selalu tersenyum dan berkata "Aku baik-baik saja".

Diamnya dapat bertahan lama, kecewanya dapat bertahan lama, kesal bahkan marahnya pun dapat bertahan lama. Tapi ternyata ada hal yang tidak dapat bertahan lama, tak acuhnya. Pada kenyataannya dia masih khawatir, dia masih sering bertanya dan dia masih sering mengingatkan.

Lalu, mengapa dia masih diam? Karena senyumnya sementara telah hilang, apalagi konyol dan tawanya, mungkin tidak terpikirkan untuk ditampilkan.

Dalam diamnya dia sedang bertarung dengan banyak masalahnya, setidaknya dulu dia masih bisa tertawa walaupun di dalam dirinya banyak hal yang sedang dia pikirkan, namun sekarang pertarungan itu semakin terasa berat.

Sampai pada akhirnya diapun berkata,

"Tuhanku punya maksud dari semua kejadian ini. Tuhanku sedang mempersiapkan diriku untuk tersenyum sangat lebar, hanya saja belum tau kapan waktunya"

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images